Aku adalah sang jiwa.
Untuk bisa berada di dunia aku dititipkan-Nya pada pasangan ayah dan ibu. “Orang
tua” sejatiku bukanlah mereka, tetapi DIA yang menciptakanku.
Aku taati maunya ayah dan ibuku karena aku takut sekali menjadi anak
durhaka. Sementara, aku seringkali tidak mentaati maunya “orang tuaku.” Padahal
durhaka pada ayah dan ibu saja sudah terbayang apa akibatnya, apalagi bila durhaka pada “orang tua” ...
“SESUNGGUHNYA KEBANYAKAN DARI MANUSIA ITU ‘TERTIDUR’ DAN
BARU TERBANGUN KETIKA IA MATI,” apakah ini yang dimaksud oleh Nabiku
yang mulia empat belas abad yang silam?
Gambar : www.dreamstime.com
Iya ya...kalo ga nurut pada ayah dan ibu aja udah dicap bandel, apalagi kalau ga nurut sama yang menciptakan kita, dicap kafir juga kayaknya udah kebagusan.....
BalasHapusOops ..!
HapusAKU ADALAH KALBU YANG LELAP
BalasHapusWalaupun sudah kutahu mengurus kalbu prioritas utama dibandingkan urus jasad , tapi rasanya aku belum pernah ngotot membersihkan dan mengkilapkan hatiku sengotot aku membersihkan & mengkilatkan wajahku ......... Sudah begitu mahir aku berteori ,sudah banyak sms / wa/blog yg mengingatkanku ......tapi ......? Rupanya yang baru pandai jasadku ....bukan kalbuku !
Pantes MAJIKANKU sudah teriak2 mengingatkanku dan mengarahkanku , Aku gak denger. Wong .............AKU (KALBU ) LAGI TIDUR LELAP.
hidup DBAS
persoalannya adalah bgmn jangan sampai mengulang "kekurangajaran" Malin Kundang
Hapuskalo menganggap sambil tidur lelap juga bisa ya terusin aja deh tidurnya ... sampai jumpa dg Malin Kundang di ..???
Ya Allah... ampuni aku ya Allah....
BalasHapusTernyata aku jauh lebih buruk dari si Malinkundang, tapi Engkau tetap saja mencintai aku. Tak pernah bosan Engkau "menasehati" aku si jiwa bebal.
Mengenang perbuatanku pada ayah ibu menimbulkan penyesalan yang sangat... Tapi bagaimana sikapku manakala diingatkan akan pembangkangan pada aturan-Mu?
Duh Gusti.... betapa beraninya aku merespon dengan cengengesan bahkan kadang tertawa tanpa penyesalan.
Bangun jiwa! Jangan sampai Allah "mengutuk" dengan mengunci mati hatimu.
Malin Kundang oleh ibunya dikutuk jadi batu
BalasHapusBagaimana ya bila Allah "mengutuk" dengan mengunci mati hatiku?
.... oh, pastilah menyesal tak pernah henti mengapa aku pernah ada
Iya yaaa pak...kalau aku tidak menyadari aku yg sesungguhnya yang mana, bahayanya luar biasa yaaa..
BalasHapuslangsung terbayang "parah"nya aku dulu. Semua untuk orang tua, seolah-olah Tuhan ngga ada.
Tanpa perenungan/tafakur yang mendalam mana mungkin aku bisa menyadari ini? Pasti aku tertidur terus.
Hmm...semakin terasa betapa pentingnya "mikir" bagi orang yang tujuannya berperilaku selaras dengan Kehendak-Nya.
Alhamdulillah...terima kasih pak.
semua untuk ayah dan ibu, seolah-olah ngga punya "orang tua"
Hapussekolah untuk ayah dan ibu, bukan untuk "orang tua" ( ibadah ) ...