Mengenai Saya
Mutiara Tauhid Renungan #90
DI SANA DIANJURKAN DI SINI TABU
Mutiara Tauhid Renungan #90
DI SANA DIANJURKAN DI SINI TABU
Nabi kita yang mulia, Muhammad Rasulullah SAW, memberikan
petunjuk kepada kita, “Manusia yang paling cerdik ialah yang terbanyak
mengingat kematian, serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian
itu. Mereka itulah yang benar-benar cerdik, dan mereka akan pergi ke alam baka
dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat”
Kenapa ya kalau di tanah air kita jangankan mengingat-ngingat
kematian, ngomong soal kematian saja oleh sebagian orang Islam justru dianggap
tabu …
“BARANGSIAPA TELAH MERASAKAN INGAT KEMATIAN, MAKA ALLAH AKAN
MENJADIKAN IA SENANG MENCARI PAHALA DAN BENCI TERHADAP DOSA” ( Abu Hamzah Al-Khurasani )
Gambar: www.dreamstime.com
Mutiara Tauhid Renungan #89
MENYADARI SIKAP HIDUP
Mutiara Tauhid Renungan #89
MENYADARI SIKAP HIDUP
Jalan kehidupan tidaklah selalu lurus, tapi berbelok-belok.
Pernahkah kita kebingungan belokan mana yang
harus kita ambil ketika menjumpai persimpangan tiga ataupun persimpangan empat?
Begitulah, tanpa menyadari “BAGAIMANA SEHARUSNYA SIKAP HIDUP” pasti kita sering dibingungkan
ketika menjumpai “persimpangan kehidupan.”
SIKAP HIDUP YANG BENAR ADALAH YANG SELARAS
DENGAN KEHENDAK~NYA
Gambar : www.pixabay.com
Mutiara Tauhid Renungan #88
GALAU
Mutiara Tauhid Renungan #88
GALAU
Mutiara Tauhid Renungan #87
MASA DEPAN CEMERLANG
Mutiara Tauhid Renungan #87
MASA DEPAN CEMERLANG
Ketika telinga kita mendengar disampaikannya firman Allah, bagaimanakah reaksi hati? Apakah tiada rasa, datar saja bagaikan mendengar siaran berita?
Mereka yang dapat menyadari bahwa firman Allah yang
didengarnya itu sejatinya adalah sumpah Sang Maha Kuasa, pastilah akan tertunduk
khidmat berupaya untuk memahatnya di kalbu.
Mereka inilah yang punya “masa depan” cemerlang.
“ALLAH TELAH BERJANJI DENGAN SEBENAR-BENARNYA. ALLAH TIDAK
AKAN MENGINGKARI JANJI-NYA” -Az Zumar 20
Gambar : www.pixabay.com
Mutiara Tauhid Renungan #86
KALBU YANG PEKA
Mutiara Tauhid Renungan #86
KALBU YANG PEKA
Mutiara Tauhid Renungan #85
KEPEDEAN
Mutiara Tauhid Renungan #85
KEPEDEAN
Allah telah
berjanji bahwa DIA
tidak akan pernah menganiaya manusia.
Percayakah kita pada janji-Nya itu?
Ops …!
Jangan
dulu buru-buru
mengatakan “pastilah”
Tanda percaya bukanlah di bibir, melainkan pada perilaku.
MERONTA BILA MENDAPAT KETETAPAN-NYA YANG TAK NYAMAN BUKANLAH PERILAKU ORANG
YANG PERCAYA PADA JANJI-NYA
Gambar : www.pixabay.com
Mutiara Tauhid Renungan #84
KALBU YANG TERSUMBAT
Mutiara Tauhid Renungan #84
KALBU YANG TERSUMBAT
Kata-kata yang meluncur dari bibir bukanlah
cerminan dari perilaku.
Perilaku merupakan cerminan dari percaya atau
tidaknya kalbu pada janji-janji yang disampaikan Sang Maha Kuasa.
Allah Sang Pemilik Surga berjanji, “Barangsiapa
yang dapat menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka surgalah
ganjarannya”
Bila kita masih mudah marah tak usahlah
berdalih macam-macam. Karena persoalannya sudah sangat jelas, yaitu tingkat
kepercayaan kalbu kita pada janji Sang Maha Kuasa masih terbilang rendah. Bukankah
marah termasuk salah satu keinginan nafsu?
BILA JANJI ALLAH SAJA TAK DIPERCAYA, KEMANAKAH
AKAN MENCARI PEGANGAN HIDUP?
Gambar : www.dreamstime.com
Mutiara Tauhid Renungan #83
BERCERMIN DIRI
Mutiara Tauhid Renungan #83
BERCERMIN DIRI
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk immortal, tidak akan
sirna namun berpindah alam. Sekarang tinggal di dunia esok lusa pindah ke alam
kubur. Konsekuensi logisnya, manusia harus berkarya mengumpulkan bekal tidak
hanya untuk kehidupan saat ini saja namun juga untuk kehidupan setelah lepas
dari alam yang sekarang.
Berkarya untuk alam yang sekarang ini harusnya seimbang
dengan berkarya untuk alam keabadian kelak.
Bila bercermin diri, saat ini aku rajin berkarya untuk
membangun alam yang akan segera ditinggalkan ataukah untuk alam yang akan dituju?
Coba saja buat statistiknya berapa % karya untuk dunia dan
berapa % pula karya untuk akhirat yang sudah aku buat, seimbangkah?
Bila tampak seimbang, berarti sudah benar.
“WAHAI MANUSIA! KETAHUILAH BAHWA APA YANG ENGKAU BANGUN
ITU AKHIRNYA AKAN HANCUR. USIAMU
AKAN HABIS. RAGAMU AKAN DITIMBUNI TANAH.
TEMANMU HANYALAH AMAL SOLEHMU” - Hadits Qudsi
Gambar : www.pixabay.com
Mutiara Tauhid Renungan #82
PEMBERIAN TERINDAH
Mutiara Tauhid Renungan #82
PEMBERIAN TERINDAH
Mutiara Tauhid Renungan #81
MELUKIS DI ATAS AIR
Mutiara Tauhid Renungan #81
MELUKIS DI ATAS AIR
Banyak orang yang bertekad akan :
… selalu ikhlas menerima musibah
… selalu pasrah bila dizalimi
… selalu tawadhu
… selalu bersyukur di waktu senang dan susah
… selalu berzikir ingat Allah di waktu duduk, berjalan,
berbaring
Akankah tekad mereka itu kesampaian?
Ah, hanya berbekal tekad saja tanpa diiringi kesadaran tak
ubahnya bagaikan melukis di atas air …
Gambar : www.pixabay.com
Mutiara Tauhid Renungan #80
MENJADI KEKASIH ALLAH
Mutiara Tauhid Renungan #80
MENJADI KEKASIH ALLAH
Ada satu rahasia besar yang disampaikan oleh Nabi
Ibrahim as. pada kita, “SALAH
SATU SEBAB AKU MENJADI KEKASIH ALLAH ADALAH KARENA AKU TIDAK PERNAH MERISAUKAN
SESUATU YANG TELAH DITANGGUNG OLEH-NYA.”
Ternyata untuk menjadi kekasih Allah tidaklah
susah2 banget, asalkan saja tidak meragukan kemampuan-Nya.
Bisakah kita tidak meragukan kemampuan-Nya?
Janganlah terlalu cepat mengatakan bisa.
Mari kita introspeksi :
Ketika telah berikhtiar sungguh-sungguh, apakah
merisaukan hasil yang akan terjadi?
Ketika berobat, apakah merisaukan datangnya kesembuhan?
Setelah bekerja dengan baik, apakah merisaukan kecukupan
harta?
Setelah lama dalam kesendirian, apakah
merisaukan jodoh?
Bila jawabannya iya, rupanya kita belum
memenuhi kriteria sebagaimana yang dimaksud Nabi Ibrahim as.
Gambar : Almanar
Mutiara Tauhid Renungan #79
DI TANGAN, BUKAN DI HATI
Mutiara Tauhid Renungan #79
DI TANGAN, BUKAN DI HATI
Selama manusia belum mampu merasakan di balik kesenangan
terselip ujian-Nya, boro2 ia bisa lurus, perilakunya malahan cenderung melaju
ke arah nekad.
Salah satu dari sekian kenekadan itu misalnya
saja ia mengakui bahwa harta itu adalah ujian. Tapi mengapa dia nekad meletakkannya
di hati? Bukankah bila harta ditaruh di hati ia akan dapat menggantikan posisi
Allah?
“HARTA HARUS DILETAKKAN DI TANGAN,” begitu kata seorang ahli hikmah.
Gambar : www.pixabay.com
Mutiara Tauhid Renungan #78
PANTANG DIDUAKAN
Mutiara Tauhid Renungan #78
PANTANG DIDUAKAN
Allah berada dimana-mana.
Pada diri manusia DIA berada lebih dekat dari
urat leher, tepatnya DIA bersinggasana di dalam hati manusia.
DIA hanya akan meninggalkan singgasana-Nya apabila
si pemilik hati berlaku nekad menyandingkan-Nya dengan harta, pangkat, amarah,
ataupun dendam kesumat.
Begitulah, DIA selamanya tak pernah mau
diduakan!
MANUSIA YANG PALING NEKAD ADALAH MEREKA YANG
MELAKUKAN PERBUATAN YANG NYATA-NYATA TAK DISUKAI-NYA
Gambar : www.1.bp.blogspot.com
Mutiara Tauhid Renungan #77
MENGORBANKAN TUHAN
Mutiara Tauhid Renungan #77
MENGORBANKAN TUHAN
Mutiara Tauhid Renungan #76
DAN SETANPUN MENANGIS....
Mutiara Tauhid Renungan #76
DAN SETANPUN MENANGIS....
Mungkin tak pernah terbayangkan setan yang
selalu digambarkan sebagai musuh kita yang canggih dan lihai itu menangis. Koq
bisa?
Coba saja dirasakan bagaimana frustrasinya
setan ketika ia menggoda manusia yang memiliki kemampuan sabar, kemampuan pasrah,
kemampuan ikhlas, kemampuan bersyukur, apalagi kemampuan berserah diri!
Yuk kita bikin setan menangis frustrasi, makin
kejer dia nangisnya semakin baik.
“MUSUH” HASUTAN ADALAH KEMAMPUAN
Gambar: www.pixabay.com
Langganan:
Postingan (Atom)
Video Of Day
Total Tayangan Halaman
Entri Populer
-
Kelompok yang mengatas namakan Islam terdiri dari 2 kategori, yaitu Islam orisinal dan Islam palsu. Membedakannya mudah saja. Kalo I...
-
Mengenal jati diri itu sangatlah penting. Semakin mengenal siapakah aku yang sebenarnya, semakin terang mengapa aku ada di dunia dan sema...
-
Dari 208 negara, Indonesia berada di urutan ke140! Inilah hasil survey pada tahun 2010 yang lalu tentang “Negara manakah yang pali...
-
Allah Yang Maha Suci tidak akan mengingkari janji-janjiNya. Salah satu janjiNya : DIA akan menempatkan di surga orang-orang yang taat ...
-
Sesaat lepas shalat maghrib, aku termenung seandainya saat kematianku datang sekarang, apa yang aku sesalkan dengan perbuatan at...
Diberdayakan oleh Blogger.