Mengenai Saya
Mutiara Tauhid Renungan #285
BANGUN SEBELUM MATI
Mutiara Tauhid Renungan #285
BANGUN SEBELUM MATI
“SESUNGGUHNYA KEBANYAKAN DARI MANUSIA ITU “TERTIDUR” DAN BARU
“TERBANGUN” KETIKA IA MATI,” begitulah
Nabi kita yang mulia pernah bersabda.
Semua orang juga ngerti sebelum “terbangun” ngga mungkinlah langkahnya
bakalan lurus.
Ya iyalah
..., gimana bisa lurus bila :
Tuhannya aja uang, bukannya Allah
Kitabnya internet, bukannya Alqur’an
Yang dikejar jabatan, bukannya amal soleh
Suri teladannya seleberiti, bukannya Muhammad Rasulullah
SEBELUM
MATI KITA HARUS “BANGUN” DULU AH ….
Gambar:www.sleepassociation.org
Mutiara Tauhid Renungan #284
TAK PERLU NEKAD
Mutiara Tauhid Renungan #284
TAK PERLU NEKAD
Dunia dijadikan Allah sebagai perhiasan bagi manusia, demikian menurut
Alqur’an.
Walaupun kita boleh memakai perhiasan apapun, namun akal sehat tentunya tak
boleh ditinggalkan. Kita tak perlu nekad memakai perhiasan2 mahal bila berjalan
di tempat rawan kejahatan yang dapat membahayakan keselamatan kita.
Begitu juga, kita tak perlu nekad memanjakan keinginan pada dunia yang
dapat melalaikan urusan ukhrowi.
“JANGANLAH ENGKAU MEMASUKI DUNIA YANG DAPAT MEMBAHAYAKAN
AKHIRATMU,” begitu nasihat Lukman
Al-Hakim jauh sebelum turunnya Alqur’an.
Gambar:https://dashboard.masjidku.id
Mutiara Tauhid Renungan #283
BUAH KULDI
Mutiara Tauhid Renungan #283
BUAH KULDI
Aku aslinya bukanlah penduduk dunia, aku
datang dari surga. Karena ada tugas penting, aku dimutasikan-Nya ke dunia.
Tuhanku Yang Maha Pengasih Maha
Penyayang tidak begitu saja melepaskan aku di dunia. Dia membekaliku dengan
Alqur’an dan Rasul-Nya agar aku bisa hidup serasa di surga.
Seperti layaknya di surga, di dunia pun aku
boleh melakukan apa saja yang aku mau asalkan bukan “buah kuldi.”
Aku boleh setiap hari gonta ganti mobil
baru asalkan tidak membuatku lalai dari mengingatNya, ataupun takabur berbangga
diri.
Aku boleh berbaju buatan perancang kelas
dunia, asalkan tetap rendah hati dan tidak memperlihatkan auratku.
Aku boleh ... ah layaknya seperti di
surga apapun boleh aku lakukan ..., asalkan jangan “buah kuldi” saja.
Gambar:http://3.bp.blogspot.com
Mutiara Tauhid Renungan #282
BUKAN NEKAD
Mutiara Tauhid Renungan #282
BUKAN NEKAD
Seorang wanita tampak berdoa mengangkat tangannya. Di antara isak
tangisnya, sayup-sayup terdengar suaranya lirih :
Ya Allah … sekiranya aku beribadah lantaran
mengharapkan surgaMu, jauhkanlah surga itu dariku …
Ya Allah … sekiranya aku beribadah lantaran
takut Engkau masukan ke neraka, tempatkanlah aku di dasar neraka …
Semoga saja suatu hari kelak sebelum ajal menjemput, aku pun
berani mengatakan ini. semoga … semoga …. semoga ….
PECINTA BUKANLAH ORANG YANG MENGHARAPKAN DARI KEKASIHNYA SUATU IMBALAN ATAU MENUNTUT DARINYA SUATU KEPERLUAN
(Ibn
‘Atha’illah)
Gambar:www.hawa.co.id
Mutiara Tauhid Renungan #281
MANUSIA ARIF
Mutiara Tauhid Renungan #281
MANUSIA ARIF
Allah Yang Maha Suci tidak akan mengingkari janji-janjiNya.
Salah satu janjiNya : DIA akan menempatkan di surga
orang-orang yang taat padaNya dan RasulNya.
Sebenarnya dalam beribadah kita tidak perlu
mengungkit-ngungkit pahala ataupun surga. Lakukan saja tugas beribadah sebaik-baiknya,
tak usah menuntut hak pahala apalagi hak surga padaNya, biarkanlah DIA
menunaikan janjiNya.
“JANJI
TUHAN MEMBUAT PAMRIH MENJADI LENYAP,” begitu kata ahli hikmah.
Gambar:www.rawstory.com
Mutiara Tauhid Renungan #280
WADUUH !
Mutiara Tauhid Renungan #280
WADUUH !
Dari 208 negara, Indonesia berada di urutan ke140!
Inilah hasil survey pada tahun 2010 yang lalu tentang
“Negara manakah yang paling Islami?” oleh dua orang professor Muslim yaitu
Hossein Askari dan Scheherazade S Rehman.
Sebagai juara pertamanya adalah New Zealand. Indonesia
masih jauh ketinggalan bahkan dibandingkan Malaysia yang berada di urutan ke 38.
Kita tentu ngga rela, bukankah kita adalah
negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia? Bukankah kita negara yang setiap tahunnya
jamaah hajinya terbanyak sedunia? Bukankah kita negara dengan jumlah
pesantrennya terbanyak sedunia?
Bukankah … ah, masih banyak lagi …
Mungkinkah penduduk Indonesia kurang
“mikir”? Nah, kalo ini belum ada yang
melakukan surveinya. Mungkin Anda berminat,
siapa tahu lho Indonesia juaranya …
Gambar:www.stockvault.com
Mutiara Tauhid Renungan #279
ORISINAL
Mutiara Tauhid Renungan #279
ORISINAL
Barang orisinal tidak selalu lebih baik.
Onderdil mobil yang orisinal memang lebih baik, tapi “onderdil”
manusia?
Bila kita lihat otak, mana yang lebih baik : otak yang masih
orisinal (bahasa terangnya jarang dipake) atau otak yang sering digunakan?
Bagaimana pula dengan kalbu, mana yang lebih baik : kalbu
yang masih orisinal atau kalbu yang sering dipake?
Bila kalbu sering digunakan ia akan jadi cerdas, ibarat pisau
yang sering diasah. Tak heran bila ia punya kemampuan bersyukur, sabar, ikhlas,
berserah diri, rendah hati, pemaaf. Nah gampang dimengerti, mudah marah,
suudzon, menghujat, culas adalah cerminan dari kalbu yang masih orisinal.
Mengapa ketakwaan kita tidak juga kunjung meningkat?
Jangan-jangan bukannya lantaran kurang banyak mendengarkan
tausiah, tetapi karena kita lebih suka mempertahankan kalbu tetap orisinal
ketimbang digunakan untuk bertafakur.
Gambar:www.unsplash.com
Mutiara Tauhid Renungan #278
KAMBING HITAM
Mutiara Tauhid Renungan #278
KAMBING HITAM
Tidaklah diragukan lagi, Tuhan menciptakan kita
dengan tujuan semata-mata untuk beribadah. Karena itu tidaklah mengherankan
bila di mata Tuhan manusia yang hebat itu adalah yang bertakwa. Di lapangan,
populasi orang yang melaksanakan ibadah secara ala kadarnya jauh lebih banyak
ketimbang orang yang melakukannya dengan sepenuh hatinya. Mereka mengatakan
ibadah itu sulit karena adanya setan yang selalu menghasut. Benarkah?
Setan itu ada tidaklah disangsikan. Namun bila
malas beribadah gara-gara ulah setan, janganlah terburu-buru
mengkambing-hitamkannya dulu. Jangan-jangan ibadah itu sulit dikarenakan karena
kesalahan kita, yaitu kita kurang rela “mikir” sehingga kemampuan kalbu kita
minim!
BUKANKAH TANPA KEMAMPUAN, HAL SEKECIL APAPUN
AKAN TERASA SULIT?
Gambar:www.pixabay.com
Mutiara Tauhid Renungan #277
PUNCAK KERUGIAN
Mutiara Tauhid Renungan #277
PUNCAK KERUGIAN
Adakah manusia yang tidak pernah rugi?
Rasanya tidak ada.
Contohnya saja, isteri yang cekcok melulu merasa
rugi kenapa dulu ia bertemu dengan pria yang kini jadi suaminya.
Begitu juga suaminya pun merasakan rugi yang sama.
Penjahat yang bertobat juga merasa rugi, coba
tobatnya dari dulu pasti ngga bakalan meringkuk di penjara seperti sekarang
ini.
Ini adalah sekedar contoh kerugian, tapi ini
bukanlah puncak kerugian.
MERASA BENAR PADAHAL SEBENARNYA KELIRU, nah inilah dia puncak kerugian itu!
Gambar:www.flirt.com
Langganan:
Postingan (Atom)
Video Of Day
Total Tayangan Halaman
Entri Populer
-
Kelompok yang mengatas namakan Islam terdiri dari 2 kategori, yaitu Islam orisinal dan Islam palsu. Membedakannya mudah saja. Kalo I...
-
Mengenal jati diri itu sangatlah penting. Semakin mengenal siapakah aku yang sebenarnya, semakin terang mengapa aku ada di dunia dan sema...
-
Dari 208 negara, Indonesia berada di urutan ke140! Inilah hasil survey pada tahun 2010 yang lalu tentang “Negara manakah yang pali...
-
Allah Yang Maha Suci tidak akan mengingkari janji-janjiNya. Salah satu janjiNya : DIA akan menempatkan di surga orang-orang yang taat ...
-
Sesaat lepas shalat maghrib, aku termenung seandainya saat kematianku datang sekarang, apa yang aku sesalkan dengan perbuatan at...
Diberdayakan oleh Blogger.