Barang orisinal tidak selalu lebih baik.
Onderdil mobil yang orisinal memang lebih baik, tapi “onderdil”
manusia?
Bila kita lihat otak, mana yang lebih baik : otak yang masih
orisinal (bahasa terangnya jarang dipake) atau otak yang sering digunakan?
Bagaimana pula dengan kalbu, mana yang lebih baik : kalbu
yang masih orisinal atau kalbu yang sering dipake?
Bila kalbu sering digunakan ia akan jadi cerdas, ibarat pisau
yang sering diasah. Tak heran bila ia punya kemampuan bersyukur, sabar, ikhlas,
berserah diri, rendah hati, pemaaf. Nah gampang dimengerti, mudah marah,
suudzon, menghujat, culas adalah cerminan dari kalbu yang masih orisinal.
Mengapa ketakwaan kita tidak juga kunjung meningkat?
Jangan-jangan bukannya lantaran kurang banyak mendengarkan
tausiah, tetapi karena kita lebih suka mempertahankan kalbu tetap orisinal
ketimbang digunakan untuk bertafakur.
Gambar:www.unsplash.com